Tokoh Walisongo yang Membawa Islam dengan Bijak
Sunan Kalijaga, salah satu dari sembilan wali yang menyebarkan agama Islam di Jawa, merupakan tokoh yang sangat berpengaruh dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia. Beliau dikenal karena kemampuannya memasukkan pengaruh Islam ke dalam tradisi dan budaya Jawa, sehingga Islam dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Jawa.
Sunan Kalijaga adalah salah satu dari sembilan wali yang dikenal sebagai Walisongo. Walisongo adalah sekelompok ulama yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Jawa, Indonesia. Sunan Kalijaga dipercaya sebagai wali yang keenam dari sembilan wali tersebut.
Berikut adalah daftar Walisongo:
1. Sunan Ampel
2. Sunan Giri
3. Sunan Bonang
4. Sunan Drajat
5. Sunan Kudus
6. Sunan Kalijaga
7. Sunan Muria
8. Sunan Gunung Jati
9. Sunan Bayat (atau sering disebut Sunan Pakungwati)
Sunan Kalijaga dikenal karena pendekatan dakwahnya yang bijak dan damai, serta kemampuannya memasukkan pengaruh Islam ke dalam tradisi dan budaya Jawa. Beliau berperan penting dalam penyebaran Islam di Jawa dan meninggalkan warisan yang berharga bagi masyarakat Indonesia.
Biografi Singkat Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga lahir pada tahun 1450 Masehi dengan nama asli Raden Said. Beliau merupakan putra dari Adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Ayah Sunan Kalijaga adalah keturunan dari Ronggolawe, seorang pemberontak legendaris Majapahit. Sunan Kalijaga memiliki beberapa nama lain, seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman.
Masa Muda dan Pertobatan
Sunan Kalijaga dikenal nakal pada masa mudanya dan pernah menjadi perampok yang ditakuti di kawasan Jawa Timur. Namun, ia hanya merampok orang kaya yang tidak mau mengeluarkan zakat dan sedekah, dan membagikan hasilnya kepada orang miskin. Suatu hari, ia bertemu dengan Sunan Bonang, seorang ulama yang kemudian menjadi guru spiritualnya. Sunan Bonang menasehati Lokajaya bahwa Allah tidak akan menerima amal yang buruk, dan memberinya kesempatan untuk berubah.
Dakwah Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga menggunakan pendekatan budaya dalam berdakwah, seperti melalui pagelaran wayang kulit, kidung-kidung, dan seni suara. Beliau menciptakan dua perangkat gamelan, yaitu "Nagawilaga" dan "Guntur Madu", yang lebih dikenal dengan sebutan Nyai Sekati dan Kiai Sekati. Sunan Kalijaga juga memodifikasi wayang beber menjadi wayang kulit/purwa, dan menciptakan desain baju takwa dan batik bermotif burung.
Kata-Kata Bijak Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga meninggalkan banyak kata-kata bijak yang masih relevan hingga saat ini. Beberapa contoh kata-kata bijaknya adalah:
- "Urip Iku Urup", yang berarti hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain.
- "Memayu Hayuning Bawana", yang berarti manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan.
- "Suro Diro Joyo Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti", yang berarti segala sifat keras hati dan angkara murka hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak dan lembut hati.
- "Ngeli ananging ora keli", yang berarti kita harus beradaptasi dengan perubahan zaman, namun tidak boleh hanyut dan kehilangan kendali.
Peninggalan Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga memiliki banyak peninggalan yang masih ada hingga saat ini, seperti Masjid Agung Demak dan Masjid Agung Cirebon. Beliau juga dikenal sebagai penasihat raja-raja Demak, dan memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di Jawa.
Kesimpulan
Sunan Kalijaga merupakan tokoh Walisongo yang sangat berpengaruh dalam sejarah penyebaran Islam di Indonesia. Beliau menggunakan pendekatan budaya dalam berdakwah, dan meninggalkan banyak kata-kata bijak yang masih relevan hingga saat ini. Dengan kemampuannya memasukkan pengaruh Islam ke dalam tradisi dan budaya Jawa, Sunan Kalijaga membantu menyebarkan Islam di Jawa dan meninggalkan warisan yang berharga bagi masyarakat Indonesia.
